Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan
Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah Ilmu
Budaya Dasar dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti
istilah basic humanitiesm. Kesusastraan atau sastra ialah cabang
seni yang menggunakan bahasa sebagai medium. Seni termasuk sastra yang
mempunyai peranan penting dalam the humanities.
Cerita Malin Kundang
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan
di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan
seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang, karena keuangan yang
begitu memprihatinkan, ayahnya memutuskan untuk melaut.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug
mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih
lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya
harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak
yang cerdas tetapi sedikit nakal. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam,
ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi
berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang berniat
ingin merantau ke negri seberang, karena ajakan seorang nahkoda yang kaya raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju
dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin
Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan
bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan
diantar oleh ibunya. “Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang
berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak”,
ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh
dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal,
Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang
sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin
Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang
berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Sebagian awak kapal dibunuh.Malin
Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh karena dia bersembunyi di suatu
ruangan kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut,
hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan
sisa tenaga yang ada Malin berjalan ke sebuah desa dekat pantai yang amat
subur. Karena keuletan dan kegigihannya bekerja, Malin menjadi seorang yang
kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya
lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting
seorang gadis untuk menjadi istrinya. Berita itupun sampai ke telinga Ibu
Malin, sehingga Ibu Malin selalu menunggunya di dermaga. Setelah beberapa bulan
menikah, Malin beserta istrinya berlayar dengan kapal yang sangat indah. Ibu
yang sudah menunggunya di tepian dermaga, melihat kapal tersebut dan melihat
ada anaknya disana.
Malin turun dari kapal. Setelah melihat bekas luka
yang ada ditangan kanan Malin, ibunya sangat yakin kalau itu Malin Kundang, anaknya
“Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan
kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian?
Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga
terjatuh. “Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata
Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya,
karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.
“Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang. “Tidak, ia hanya seorang
pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut
Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh
anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu
Malin menengadahkan tangannya sambil berkata “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku,
aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”. Tidak berapa lama kemudian angin
bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang.
Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan
akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Pesan Moral dari Cerita Malin Kundang :
Malin Kundang adalah seorang anak yang durhaka
kepada ibunya. Sebagai seorang anak, seharusnya kita tidak boleh melupakan jasa
– jasa orangtua. Terutama ibu yang sudah menyusui kita dan membesarkan kita
dengan kasih sayangnya yang tidak henti – hentinya di berikan kepada kita.
Durhaka kepada orangtua merupakan satu dosa besar yang nantinya akan ditanggung
sendiri di akhirat kelak.
Sumber :