Kamis, 30 Oktober 2014

#Pinternet : Internet Addiction

Internet adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dan memberikan peluang untuk mendapatkan akses informasi dengan cepat, tepat, dan terjangkau. Namun kini tidak hanya informasi tetapi adanya game – game online atau situs yang tidak bagus di dunia maya membuat anak – anak menjadi kecancuan internet (Internet Addiction). Kecanduan internet pada anak – anak adalah bentuk ketergantungan yang berlebihan terhadap world wide web.


Seorang pakar psikolog di Amerika David Greenfield menemukan sekitar 6% dari pengguna internet mengalami kecanduan. Orang – orang tersebut mengalami gejala yang sama dengan kecanduan obat bius, yaitu lupa waktu dalam berinternet. Kebanyakan orang yang kecanduan internet dikarenakan mereka menemukan kepuasan di internet yang tidak mereka teukan di dunia nyata. Internet menyediakan berbagai informasi mainan, hiburan yang membuat seseorang tidak ingin meninggalkan internet.
Kecanduan internet pertama kali ditemukan oleh ahli jiwa bernama Ivan Goldberg. Masing – masing ahli psikologi menggunakan istilah yang berbeda – beda untuk menyebut kecanduan internet. Young (1999) menyebutnya Internet Addiction, Grohol (1999) menyebutnya Internet Addiction Disorder, dan Suller (1996) menyebutnya Cyberspace Addiction. Davis (2001) menyebutnya Pathological Internet Use dan Walden (2002) lebih cenderung menyebutnya sebagai Compulsion, karena jika disebut addiction (kecanduan) harus melibatkan masuknya zat asing ke dalam tubuh manusia dan mempengaruhi keadaan kimiawi tubuh. Jenis kecanduan internet ada tiga yaitu bermain games yang berlebihan, kegemaran seksual dan email / pesan teks (chattingg). Sedangkan gejala – gejala kecanduan internet adalah sebagai berikut :
1.      Sering lupa waktu
Mengabaikan hal – hal yang mendasar saat mengakses internet terlalu lama. Orang kecanduan internet bisa tidak makan atau minum, lupa waktu sholat, belajar, sekolah atau bekerja
2.      Gejala menarik diri
Seperti merasa marah, tegang atau depresi ketika internet tidak bisa diakses. Mereka akan bete, kesal bahkan stress jika tidak bisa online karena berbagai alasan
3.      Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan
Semakin lama jumlah waktu dibutuhkan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan
4.      Kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk dimiliki
Mereka akan mengganti komputer atau gadget untuk mengakses internet dengan yang lebih baik dan aplikasi terbaru pasti akan terus diburu
5.      Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial dan kelelahan
Ini merupakan dampak negatif dari penggunaan internet yang berkepanjangan. Gejala ini sama seperti gejala yang ada pada kecanduan narkoba.
            Situs jejaring sosial di kalangan masyarakat luas telah berkembang kian maju. Sosial media telah menjamur mulai dari anak kecil, remaja, hingga dewasa yang digunakan untuk berhubungan dengan teman ataupun mengenal teman baru, yang terkadang sulit untuk bertemu secara langsung. Namun penggunaan situs jejaring sosial ini juga mempunyai dampak yang baik dan buruk terhadap perkembangan psikologis pada anak tersebut.
            Kecanduan juga diklasifikan menurut intensitas penggunaannya. Pratarelli dkk (1999), membagi penggunaan internet ke dalam empat model. Model pertama adalah gangguan perilaku berupa penggunaan internet secara berlebihan. Model kedua adalah penggunaan internet secara fungsional, produktif, dan bermakna. Model ketiga adalah penggunaan internet untuk mendapatkan kepuasaan seksual dan mendapatkan keuntungan sosial. Model ini biasanya orang pemalu atau introvert menggunakan internet untuk bersosialisasi atau mengekspresikan fantasinya. Model yang terakhir adalah individu yang tidak atau hanya sedikit tertarik pada internet. Model pertama adalah yang biasa kecanduan disebut kecanduan internet.
            Kecanduan jejaring sosial adalah suatu kondisi kronis dalam sistem motivasi dalam perilaku mencari kesamaan sosialitas, mulai dari yang dikenal sehari – hari sampai dengan keluarga melalui internet. Jejaring sosial merupakan struktur sosial yang terdiri dari elemen – elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukkan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari – hari sampai dengan keluarga.
            Young (1996) ini justrus semakin berkembang. Young membagi kecanduan internet kedalam 5 kategori, yaitu :
a.       Cybersexual addiction, yaitu seseorang yang melakukan penelurusan dalam situs – situs porno atau cybersex secara kompulsif
b.      Cyber – relationship addiction yaitu seseorang yang hanyut dalam pertemanan melalui dunia cyber
c.       Net compulsion yaitu seseorang yang terobsesi pada situs –situs perdagangan (cyber shopping atau day trading) atau perjudian (cyber casino)
d.      Information overload, yaitu seseorang yang menelusuri situs – situs informasi secara kompulsif
e.       Computer addiction, yaitu seseorang yang terobsesi pada permainan – permainan online (online games) seperti misalnya Dota, Let’s Get Rich, Point Blank, dll.
Penelitian menunjukkan bahwa otak remaja yang kecanduan internet memiliki 'materi putih' yang abnormal. Materi putih adalah lapisan yang memisahkan dan mengelilingi kabel saraf antara sel-sel saraf. Namun belum jelas apakah perbedaan ini dapat menyebabkan kecanduan internet atau justru fenomena ini disebabkan oleh kecanduan internet. "Daerah materi putih yang ditunjukkan dalam penelitian telah diketahui terlibat dalam perilaku kecanduan dan kompulsif," kata Jonathan Wallis, profesor psikologi dan ilmu saraf di University of California, Berkeley, yang mempelajari otak seperti dilansir Healthday, Kamis (12/1/2012). Kecanduan internet telah diperdebatkan secara luas dalam dunia kesehatan mental, terutama karena buku pegangan dan panduan gangguan psikologis, 'The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM)' sedang direvisi. Beberapa ahli tidak setuju jika kondisi ini dimasukkan dalam kategori kecanduan atau kategori lain.
Kecanduan internet juga menjadi topik panas di China. Para peneliti di Universitas Jiao Tong dan Akademi Ilmu Pengetahuan China tergelitik untuk lebih memahami isu ini. Para peneliti melakukan scan otak MRI terhadap 17 orang remaja yang diduga memiliki kecanduan internet.
Gejalanya antara lain, disibukkan dengan Internet, sudah berulang kali mencoba mengontrol penggunaan internet namun gagal, merasa gelisah, murung, depresi atau mudah tersinggung ketika mencoba mengurangi penggunaan internet. Para peneliti membandingkan scan otak remaja tersebut dengan 16 orang remaja yang tidak mengalami kecanduan internet pada usia dan jenis kelamin yang sama.
Dalam laporan penelitian yang dimuat jurnal PLoS One, para ilmuwan menemukan bahwa remaja yang mengalami kecanduan internet memiliki kerusakan pada 'materi putih' nya. Kerusakan itu terjadi pada bagian otak yang berfungsi dalam pengambilan keputusan.
"Materi putih adalah lapisan pemisah yang menyelubungi kabel dan menghubungkan sel-sel otak atau neuron. Mereka terkoneksi secara biologis dengan serat saraf seperti kabel pada peralatan elektronik, ada lapisan pemisah yang menyelubungi kabel. Neuron mengandung lemak yang dapat menghentikan muatan listrik agar tidak bocor keluar dari neuron," kata Wallis.
"Kami tidak tahu apakah kurangnya materi putih yang menghubungkan daerah-daerah otak menjadi pemicu orang tidak bisa menahan keinginannya, atau apakah melakukan perilaku secara berulang-ulang dapat merusak koneksi antara daerah otak," imbuh Wallis.
Wallis berpendapat, rusaknya selubung tersebut mengganggu komunikasi dalam otak sehingga seseorang berpikir perilakunya berharga dan harus diulang lagi dan lagi. Kerusakan ini nampaknya menjadi kunci atas berbagai jenis kecanduan.

Sumber :
Ningtyas, Sari Dewi Yuhana.(2012).”Hubungan Antara Self Control dengan Internet Addiction Pada Mahasiswa :Educational Psychology Jounal (1)(2012)”

Nurmadia, Heny, dkk.(2013).”Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi Dengan Kecanduan Jejaring Sosial : Jurnal Penelitian Psikologi 2013,” Volume 04, No. 02,107-119

Soeptjipto, Helly P.”Pengujian Validaditas Konstruk Kriteria Kecanduan Internet : Jurnal Psikologi,” Volume 32, No. 2, 74-91


Tidak ada komentar:

Posting Komentar