Internet adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dan
memberikan peluang untuk mendapatkan akses informasi dengan cepat, tepat, dan
terjangkau. Namun kini tidak hanya informasi tetapi adanya game – game online
atau situs yang tidak bagus di dunia maya membuat anak – anak menjadi kecancuan
internet (Internet Addiction). Kecanduan internet pada anak – anak adalah
bentuk ketergantungan yang berlebihan terhadap world wide web.
Seorang pakar psikolog di Amerika David Greenfield menemukan
sekitar 6% dari pengguna internet mengalami kecanduan. Orang – orang tersebut
mengalami gejala yang sama dengan kecanduan obat bius, yaitu lupa waktu dalam
berinternet. Kebanyakan orang yang kecanduan internet dikarenakan mereka
menemukan kepuasan di internet yang tidak mereka teukan di dunia nyata.
Internet menyediakan berbagai informasi mainan, hiburan yang membuat seseorang
tidak ingin meninggalkan internet.
Kecanduan internet pertama kali ditemukan oleh ahli jiwa bernama
Ivan Goldberg. Masing – masing ahli psikologi menggunakan istilah yang berbeda
– beda untuk menyebut kecanduan internet. Young (1999) menyebutnya Internet
Addiction, Grohol (1999) menyebutnya Internet Addiction Disorder, dan
Suller (1996) menyebutnya Cyberspace Addiction. Davis (2001) menyebutnya
Pathological Internet Use dan Walden (2002) lebih cenderung menyebutnya
sebagai Compulsion, karena jika disebut addiction (kecanduan) harus
melibatkan masuknya zat asing ke dalam tubuh manusia dan mempengaruhi keadaan
kimiawi tubuh. Jenis kecanduan internet ada tiga yaitu bermain games yang
berlebihan, kegemaran seksual dan email / pesan teks (chattingg). Sedangkan
gejala – gejala kecanduan internet adalah sebagai berikut :
1.
Sering
lupa waktu
Mengabaikan hal – hal yang mendasar saat mengakses internet terlalu
lama. Orang kecanduan internet bisa tidak makan atau minum, lupa waktu sholat,
belajar, sekolah atau bekerja
2.
Gejala
menarik diri
Seperti merasa marah, tegang atau depresi ketika internet tidak
bisa diakses. Mereka akan bete, kesal bahkan stress jika tidak bisa online
karena berbagai alasan
3.
Munculnya
sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan
Semakin lama jumlah waktu dibutuhkan untuk meningkatkan waktu yang
dihabiskan
4.
Kebutuhan
akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk
dimiliki
Mereka akan mengganti komputer atau gadget untuk mengakses internet
dengan yang lebih baik dan aplikasi terbaru pasti akan terus diburu
5.
Sering
berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial dan
kelelahan
Ini merupakan dampak negatif dari penggunaan internet yang
berkepanjangan. Gejala ini sama seperti gejala yang ada pada kecanduan narkoba.
Situs jejaring sosial di kalangan
masyarakat luas telah berkembang kian maju. Sosial media telah menjamur mulai
dari anak kecil, remaja, hingga dewasa yang digunakan untuk berhubungan dengan
teman ataupun mengenal teman baru, yang terkadang sulit untuk bertemu secara
langsung. Namun penggunaan situs jejaring sosial ini juga mempunyai dampak yang
baik dan buruk terhadap perkembangan psikologis pada anak tersebut.
Kecanduan juga diklasifikan menurut
intensitas penggunaannya. Pratarelli dkk (1999), membagi penggunaan internet ke
dalam empat model. Model pertama adalah gangguan perilaku berupa penggunaan
internet secara berlebihan. Model kedua adalah penggunaan internet secara
fungsional, produktif, dan bermakna. Model ketiga adalah penggunaan internet
untuk mendapatkan kepuasaan seksual dan mendapatkan keuntungan sosial. Model
ini biasanya orang pemalu atau introvert menggunakan internet untuk
bersosialisasi atau mengekspresikan fantasinya. Model yang terakhir adalah
individu yang tidak atau hanya sedikit tertarik pada internet. Model pertama
adalah yang biasa kecanduan disebut kecanduan internet.
Kecanduan jejaring sosial adalah
suatu kondisi kronis dalam sistem motivasi dalam perilaku mencari kesamaan sosialitas,
mulai dari yang dikenal sehari – hari sampai dengan keluarga melalui internet.
Jejaring sosial merupakan struktur sosial yang terdiri dari elemen – elemen
individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukkan jalan dimana mereka
berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari –
hari sampai dengan keluarga.
Young (1996) ini justrus semakin
berkembang. Young membagi kecanduan internet kedalam 5 kategori, yaitu :
a.
Cybersexual
addiction, yaitu seseorang yang melakukan penelurusan dalam situs – situs porno
atau cybersex secara kompulsif
b.
Cyber
– relationship addiction yaitu seseorang yang hanyut dalam pertemanan melalui dunia
cyber
c.
Net
compulsion yaitu seseorang yang terobsesi pada situs –situs perdagangan (cyber
shopping atau day trading) atau perjudian (cyber casino)
d.
Information
overload, yaitu seseorang yang menelusuri situs – situs informasi secara
kompulsif
e.
Computer
addiction, yaitu seseorang yang terobsesi pada permainan – permainan online
(online games) seperti misalnya Dota, Let’s Get Rich, Point Blank, dll.
Penelitian menunjukkan bahwa otak remaja yang
kecanduan internet memiliki 'materi putih' yang abnormal. Materi putih adalah
lapisan yang memisahkan dan mengelilingi kabel saraf antara sel-sel saraf.
Namun belum jelas apakah perbedaan ini dapat menyebabkan kecanduan internet
atau justru fenomena ini disebabkan oleh kecanduan internet. "Daerah materi
putih yang ditunjukkan dalam penelitian telah diketahui terlibat dalam perilaku
kecanduan dan kompulsif," kata Jonathan Wallis, profesor psikologi dan
ilmu saraf di University of California, Berkeley, yang mempelajari otak seperti
dilansir Healthday, Kamis (12/1/2012). Kecanduan internet telah diperdebatkan
secara luas dalam dunia kesehatan mental, terutama karena buku pegangan dan
panduan gangguan psikologis, 'The Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM)' sedang direvisi. Beberapa ahli tidak setuju jika kondisi ini
dimasukkan dalam kategori kecanduan atau kategori lain.
Kecanduan internet juga menjadi topik panas
di China. Para peneliti di Universitas Jiao Tong dan Akademi Ilmu Pengetahuan
China tergelitik untuk lebih memahami isu ini. Para peneliti melakukan scan
otak MRI terhadap 17 orang remaja yang diduga memiliki kecanduan internet.
Gejalanya antara lain, disibukkan dengan
Internet, sudah berulang kali mencoba mengontrol penggunaan internet namun
gagal, merasa gelisah, murung, depresi atau mudah tersinggung ketika mencoba
mengurangi penggunaan internet. Para peneliti membandingkan scan otak remaja
tersebut dengan 16 orang remaja yang tidak mengalami kecanduan internet pada
usia dan jenis kelamin yang sama.
Dalam laporan penelitian yang dimuat jurnal
PLoS One, para ilmuwan menemukan bahwa remaja yang mengalami kecanduan internet
memiliki kerusakan pada 'materi putih' nya. Kerusakan itu terjadi pada bagian
otak yang berfungsi dalam pengambilan keputusan.
"Materi putih adalah lapisan pemisah yang
menyelubungi kabel dan menghubungkan sel-sel otak atau neuron. Mereka
terkoneksi secara biologis dengan serat saraf seperti kabel pada peralatan
elektronik, ada lapisan pemisah yang menyelubungi kabel. Neuron mengandung
lemak yang dapat menghentikan muatan listrik agar tidak bocor keluar dari
neuron," kata Wallis.
"Kami tidak tahu apakah kurangnya materi putih yang menghubungkan daerah-daerah otak menjadi pemicu orang tidak bisa menahan keinginannya, atau apakah melakukan perilaku secara berulang-ulang dapat merusak koneksi antara daerah otak," imbuh Wallis.
"Kami tidak tahu apakah kurangnya materi putih yang menghubungkan daerah-daerah otak menjadi pemicu orang tidak bisa menahan keinginannya, atau apakah melakukan perilaku secara berulang-ulang dapat merusak koneksi antara daerah otak," imbuh Wallis.
Wallis
berpendapat, rusaknya selubung tersebut mengganggu komunikasi dalam otak
sehingga seseorang berpikir perilakunya berharga dan harus diulang lagi dan
lagi. Kerusakan ini nampaknya menjadi kunci atas berbagai jenis kecanduan.
Sumber
:
Ningtyas,
Sari Dewi Yuhana.(2012).”Hubungan Antara Self Control dengan Internet
Addiction Pada Mahasiswa :Educational Psychology Jounal (1)(2012)”
Nurmadia,
Heny, dkk.(2013).”Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi Dengan Kecanduan
Jejaring Sosial : Jurnal Penelitian Psikologi 2013,” Volume 04, No.
02,107-119
Soeptjipto,
Helly P.”Pengujian Validaditas Konstruk Kriteria Kecanduan Internet : Jurnal
Psikologi,” Volume 32, No. 2, 74-91
Tidak ada komentar:
Posting Komentar